Suhu politik kian memanas pasca Pemilu Legislatif, masing – masing partai kini sedang menjajaki koalisi menghadapi Pilpres pada 8 juli mendatang dengan modal suara yang mereka peroleh pada 9 April 2009. Berdasarkan hasil hitung cepat beberapa Lembaga survey, maka tidak ada satupun partai yang mampu melenggang pada Pilpres mendatang tanpa koalisi. Yang lebih menarik sebenarnya bukan partai mana yang akan saling berkoalisi, siapa- siapa saja pasangan yang akan maju sebagai Capres dan Cawapres justru lebih menyita perhatian publik.
Mengenai Capres kini sudah mulai mengkrucut pada tiga kubu yakni Susilo Bambang Yudhoyono yang telah resmi di calonkan oleh Partai Demokrat, Megawati Sukarno Putri oleh PDI Perjuangan, dan Jusuf Kalla oleh Partai Golkar. Dari ketiga kubu ini, berdasarkan pekembangan terakhir yang jalannya paling ringan untuk lolos persyaratan administrative sebesar 25% suara pada Pemilu nampaknya baru kubu SBY.
Partai Demokrat yang berdasarkan hasil hitung cepat beberapa Lembaga Survey merupakan pemenang pada Pemilu 2009 ini dengan raihan suara kurang lebih 20% hari ini(26 April 2009) baru saja menyelesaikan Rapimnasnya, namun sampai dengan penutupan sama sekali tidak di sebut nama Cawapres yang akan mendampingi SBY. Hasil Rapimnas hanya menyebutkan mengenai mandate secara resmi Partai Demokrat terhadap pencalonan SBY dan Sembilan criteria Cawapres yang akan mendampingi SBY. Dalam sambutannya SBY juga menyebutkan bahwa ada ribuan pesan elektronik yang berasal dari parpol maupun non parpol mengenanai usulan siapa yang akan mendampinginya pada 8 juli mendatang. Dari ribuan pesan pendek itu mengkrucut pada 19 nama.
Nama – nama yang santer di sebut media layak dan cocok untuk mendampingi SBY pada Pilpres mendatang antara lain: Hidayat Nur Wahid dan Tifatul Sembiring (dari PKS), Muhaimin Iskandar (dari PKB), Hatta Rajasa dan Sutrisno Bachir (dari PAN), Sri Mulyani ( Men Keu), Din Syamsudin (Ketua PP Muhammadiyah), Akbar Tanjung (Mantan Ketua Umum Partai Golkar). Dari beberapa nama diatas, yang disebut- sebut mempunyai peluang lebih besar nampaknya adalah Hidayat Nur Wahid, Hatta Rajasa dan Akbar Tanjung. Hemat saya, dari tiga nama itu, Akbar Tanjung adalah pilihan terbaik SBY.
Kenapa bukan Hidayat Nur Wahid atau Hatta Rajasa
Sangat riskan apabila SBY memilih salah satu dari dua nama diatas, karena hal ini justru bisa memecah soliditas koalisi. Apabila dilihat dari itung- itungan suara yang diperoleh pada Pemilu Legislatif berdasar hitung cepat beberapa Lembaga Survey, PKS lebih berhak mendapat jatah Cawapres apabila yang terlibat dalam koalisi adalah PD, PKS, PAN, PKB, PPP dan PBB. Namun yang perlu diingat, ada “bahaya resistensi” yang mengintai apabila SBY memilih Cawapres dari PKS.
Resistensi partama akan datang dari para pemilih yang tidak sehaluan dengan cara “berislam” PKS, mungkin ini konyol tapi inilah kenyataanny. PKS sudah terlanjur dikenal tidak hanya sebagai Partai politik, tapi juga “aliran” agama dan sampai saat ini, “aliran” yang dibawa PKS belum 100% diterima oleh masyarakat Indonesia. Resistensi ini terutama terjadi pada pemilih kelas menengah ke bawah yang berada di pedesaan yang umumnya adalah kaum nahdliyin. Kelompok ini mempunyai jumlah yang sangat signifikan yang apabila tidak hati – hati dan tidak mampu meraih simpati kelompok ini maka tamatlah riwayat SBY. Resistensi kedua akan datang dari luar negeri terutama Amerika Serikat dan sekutunya yang memang tidak suka dengan PKS. Hal ini disebabkan antara lain karena dukunga PKS terhadap Negeri Palestina dan juga pandangan- pandangan PKS yang cenderung “ekstrim”.
Akbar Terbaik
Alasan kenapa Akbar terbaik untuk mendampingi SBY salah satunya adalah tidak adanya resistensi dari kelompok manapun baik dari dalam maupun luar negeri terhadap Akbar, beliau bisa diterima oleh kelompok manapun. Akbar juga masih mempunyai jaringan kuat baik pada struktural maupun non struktural di Partai Golkar, sehingga masih ada harapan besar bagi SBY untuk “memegang” Partai Golkar di Parlemen apabila nanti berhasil duduk kembali sebagai Presiden berpasangan dengan Akbar Tanjung. Pengalaman Akbar dalam pemerintahan juga sudah tidak diragukan lagi, beliau pernah menjabat sebagai Menteri Perumahan, Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Sekretaris Negara, bahkan Ketua DPR. Yang tidak kalah pentingnya adalah modal Akbar sebagai aktifis sejati, beliau pernah menjadi Ketua Umum PB HMI, Ketua Umum KNPI, dan jabatan- jabatan penting lainnya dalam organisasi kepemudaan. Modal inilah yang diharapkan mampu membuka komunikasi kepada berbagai pihak untuk menjaga stabilitas politik selama 2009- 2014 apabila SBY – Akbar Tanjung dikehendaki oleh rakyat, berpasangan untuk menahkodai negeri ini. Satu- satunya yang akan menjadi sedikit ganjalan bagi Akbar mungkin adalah kasus Buloggate yang pernah menerpa dirinya.
Kamar kost di Gunung Sahari
27 April 2009 , pukul 01:24
Mengenai Capres kini sudah mulai mengkrucut pada tiga kubu yakni Susilo Bambang Yudhoyono yang telah resmi di calonkan oleh Partai Demokrat, Megawati Sukarno Putri oleh PDI Perjuangan, dan Jusuf Kalla oleh Partai Golkar. Dari ketiga kubu ini, berdasarkan pekembangan terakhir yang jalannya paling ringan untuk lolos persyaratan administrative sebesar 25% suara pada Pemilu nampaknya baru kubu SBY.
Partai Demokrat yang berdasarkan hasil hitung cepat beberapa Lembaga Survey merupakan pemenang pada Pemilu 2009 ini dengan raihan suara kurang lebih 20% hari ini(26 April 2009) baru saja menyelesaikan Rapimnasnya, namun sampai dengan penutupan sama sekali tidak di sebut nama Cawapres yang akan mendampingi SBY. Hasil Rapimnas hanya menyebutkan mengenai mandate secara resmi Partai Demokrat terhadap pencalonan SBY dan Sembilan criteria Cawapres yang akan mendampingi SBY. Dalam sambutannya SBY juga menyebutkan bahwa ada ribuan pesan elektronik yang berasal dari parpol maupun non parpol mengenanai usulan siapa yang akan mendampinginya pada 8 juli mendatang. Dari ribuan pesan pendek itu mengkrucut pada 19 nama.
Nama – nama yang santer di sebut media layak dan cocok untuk mendampingi SBY pada Pilpres mendatang antara lain: Hidayat Nur Wahid dan Tifatul Sembiring (dari PKS), Muhaimin Iskandar (dari PKB), Hatta Rajasa dan Sutrisno Bachir (dari PAN), Sri Mulyani ( Men Keu), Din Syamsudin (Ketua PP Muhammadiyah), Akbar Tanjung (Mantan Ketua Umum Partai Golkar). Dari beberapa nama diatas, yang disebut- sebut mempunyai peluang lebih besar nampaknya adalah Hidayat Nur Wahid, Hatta Rajasa dan Akbar Tanjung. Hemat saya, dari tiga nama itu, Akbar Tanjung adalah pilihan terbaik SBY.
Kenapa bukan Hidayat Nur Wahid atau Hatta Rajasa
Sangat riskan apabila SBY memilih salah satu dari dua nama diatas, karena hal ini justru bisa memecah soliditas koalisi. Apabila dilihat dari itung- itungan suara yang diperoleh pada Pemilu Legislatif berdasar hitung cepat beberapa Lembaga Survey, PKS lebih berhak mendapat jatah Cawapres apabila yang terlibat dalam koalisi adalah PD, PKS, PAN, PKB, PPP dan PBB. Namun yang perlu diingat, ada “bahaya resistensi” yang mengintai apabila SBY memilih Cawapres dari PKS.
Resistensi partama akan datang dari para pemilih yang tidak sehaluan dengan cara “berislam” PKS, mungkin ini konyol tapi inilah kenyataanny. PKS sudah terlanjur dikenal tidak hanya sebagai Partai politik, tapi juga “aliran” agama dan sampai saat ini, “aliran” yang dibawa PKS belum 100% diterima oleh masyarakat Indonesia. Resistensi ini terutama terjadi pada pemilih kelas menengah ke bawah yang berada di pedesaan yang umumnya adalah kaum nahdliyin. Kelompok ini mempunyai jumlah yang sangat signifikan yang apabila tidak hati – hati dan tidak mampu meraih simpati kelompok ini maka tamatlah riwayat SBY. Resistensi kedua akan datang dari luar negeri terutama Amerika Serikat dan sekutunya yang memang tidak suka dengan PKS. Hal ini disebabkan antara lain karena dukunga PKS terhadap Negeri Palestina dan juga pandangan- pandangan PKS yang cenderung “ekstrim”.
Akbar Terbaik
Alasan kenapa Akbar terbaik untuk mendampingi SBY salah satunya adalah tidak adanya resistensi dari kelompok manapun baik dari dalam maupun luar negeri terhadap Akbar, beliau bisa diterima oleh kelompok manapun. Akbar juga masih mempunyai jaringan kuat baik pada struktural maupun non struktural di Partai Golkar, sehingga masih ada harapan besar bagi SBY untuk “memegang” Partai Golkar di Parlemen apabila nanti berhasil duduk kembali sebagai Presiden berpasangan dengan Akbar Tanjung. Pengalaman Akbar dalam pemerintahan juga sudah tidak diragukan lagi, beliau pernah menjabat sebagai Menteri Perumahan, Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Sekretaris Negara, bahkan Ketua DPR. Yang tidak kalah pentingnya adalah modal Akbar sebagai aktifis sejati, beliau pernah menjadi Ketua Umum PB HMI, Ketua Umum KNPI, dan jabatan- jabatan penting lainnya dalam organisasi kepemudaan. Modal inilah yang diharapkan mampu membuka komunikasi kepada berbagai pihak untuk menjaga stabilitas politik selama 2009- 2014 apabila SBY – Akbar Tanjung dikehendaki oleh rakyat, berpasangan untuk menahkodai negeri ini. Satu- satunya yang akan menjadi sedikit ganjalan bagi Akbar mungkin adalah kasus Buloggate yang pernah menerpa dirinya.
Kamar kost di Gunung Sahari
27 April 2009 , pukul 01:24
Ini adalah repost dari tulisan yang pernah saya posting d fb,.tidak ad maksud apa2 selain untuk merangsang gairah menulis yang saya rasa cenderung menurun..semoga bisa..SEMANGAT!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar