Lebih dari 65 tahun yang lalu Indonesia merdeka dan enam kali pergantian presiden namun pemerataan pembangunan masih menjadi masalah utama yang dihadapi oleh bangsa ini. Ketimpangan pembangunan antara Indonesia di bagian barat dengan bagian timur masih sangat kentara, bahkan di bagian barat sendiri pun juga sebenarnya ketimpangan itu masih nyata karena selama ini pembangunan lebih terpusat di pulau jawa, jawa dan jawa.
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17 ribu lebih pulau- pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan dari Miyangas sampai Pulau Rote. Kondisi geografis kepulauan inilah yang menjadi salah satu hambatan dalam proses pemerataan pembangunan itu. Namun seharusnya para stakeholder bangsa ini menyadari bahwa ini adalah konskuensi dari sebuah Negara kepulauan.
Peristiwa- peristiwa yang pernah terjadi pada masa pemerintahan Soekarno yaitu terjadinya pemberontakan di daerah- daerah karena mereka merasa di anak tirikan dalam pemerataan pembangunan dan ditribusi pendapatan seharusnya bisa dijadikan pelajaran oleh pemerintahan-pemerintahan setelahnya untuk lebih memerhatikan daerah-daerah di luar pulau jawa, khususnya wilayah Indonesia Timur.
Alih- alih pemerataan pembangunan, pemenuhan terhadap kebutuhan dasar saja masih jauh dari harapan, khususnya bagi masyarakat di wilayah Indonesia Timur. Di Pulau Salura, kecamatan karera, kabupaten Sumba Timur misalnya, anak- anak usia pelajar tidak mendapatkan haknya untuk merasakan pendidikan formal, bukan karena tidak ada sekolah tapi karena tidak ada guru yang mengajar. Guru- guru berasal dari luar Pulau Salura lebih memilih pulang, tidak betah karena tidak adanya fasilitas untuk menunjang kehidupan.
Setali tiga uang di bidang kesehatan, tenaga medis hanya datang sebulan sekali ke Pulau Salura sehingga masyarakat masih mengandalkan dukun untuk membantu menyembuhkan penyakit dan juga proses kelahiran. Pulau salura juga nyaris terisolir karena untuk menyeberang ke pulau lain saja warga harus merogoh kocek Rp 250.000 sehingga praktis hanya golongan berduit saja yang mampu membayarnya dan kegiatan ekonomi pun relatif mandek.
Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan dan tidak seharusnya masih eksis di bumi pertiwi yang kaya raya ini. Ketertinggalan, keterbelakangan dan kemiskinan tidak hanya terjadi di Pulau Salura tapi juga masih banyak lagi daerah khususnya di Wilayah Indonesia bagian timur dengan level yang berbeda- beda.
Entah butuh berapa puluh tahun lagi, berapa kali berganti presiden lagi bagi mereka untuk bisa berhijrah dari keterpurukan seperti sekarang ini. Takutnya semakin lama mereka sudah terlanjur akrab dan berkawan dengan ketertinggalan, keterbelakangan dan kemiskinan sehingga semakin susah di pisahkan layaknya dua sejoli yang sudah terlalu lama memadu kasih...wallahu a’lam....
Pulau Rote, 14 Juni 2011, 09.45 WITA