Sabtu, 26 Februari 2011

Cerita dari Pulau Terluar

Terkadang saya bingung sendiri apakah bumi yang saya injak ini masih indonesia..saat ini saya sedang berada di Rote, pulau terluar di bagian selatan indonesia untuk menjalankan tugas penyuluhan perpajakan selama 6 bulan ke depan. Beruntung saya berkesempatan untuk melihat dan merasakan langsung bagaimana masyarakat di pulau ini menjalani kehidupan dengan segala keterbatasannya. Kebetulan saat ini alam sedang tidak bersahabat, kalau 4 tahun terakhir menurut cerita orang sini jarang turun hujan kecuali saat natal dan imlek berbeda dengan tahun ini, hujan badai menggulung- gulung setiap hari. Hampir seminggu aku disini dan hujan badai selalu turun menyapa hari.

Sekarang ini, tepatnya hari sabtu, 26 Februari 2011, seharusnya saya menyeberang ke Kupang untuk kemudian lanjut ke Jakarta karena besok tanggal 28 Februari mendapat panggilan untuk seleksi tahap 2 pada Komite Pengawas Perpajakan(KPP), namun apa boleh buat, karena cuaca buruk tidak ada penyebrangan baik laut maupun udara. Kegagalan saya untuk menyebrang ini bukan sekedar faktor alam tapi juga ada faktor SDM yang rendah, budaya feodal serta carut marutnya system administrasi di pulau tertinggal.

Hari jumat, 25 Februari sebetulnya saya sudah booking tiket pesawat untuk jam 15.00 rute Rote – Kupang, tiba- tiba pas sudah berada di bandara untuk check-in, bookingan saya di batalkan secara sepihak karena ada penumpang yang kebetulan kenal dengan ajudan bupati Rote Ndao. Dengan gaya sok- nya si penumpang tersebut menelpon ajudan bupati kemudian diberikan kepada pihak bandara dan dalam sekejap mata seat yang harusnya buat saya berubah ke tangan orang sok itu.

 Tadinya sempet mau bersitegang karena saya harus ngejar hari senen sampai d Jakarta. Kalau orang sok itu bisa telpon ajudan bupati, saya bisa telpon bupatinya karena kebetulan ada senior yang dekat dengan bupati. Terlepas dari ajudan bupati ataupun bupati, ini masalah siapa yang lebih berhak mendapatkan seat itu, masalah kesewenang- wenangan yang tidak seharusnya masih ada dalam era sekarang ini, masalah keadilan yang harus dijunjung tinggi. Karena di janjikan bahwa besok pagi (sabtu,26 Februari 2011) jam 08.00 akan ada penerbangan Rote – kupang, saya mengendurkan urat saraf karena toh masih bisa ngejar untuk hari senin.

Tapi apa lacur, pesawat Rote – Kupang yang katanya jam 8 pagi itu tidak pernah ada karena tidak mendapat ijin dari BMKG, dan kemudian dapat informasi bahwa akan ada penerbangan lagi hari senen, 28 Februari 2011. Padahal panggilan itu untuk hari senen jam 08.00 pagi. Dan akhirnya kesempatan untuk menjadi pegawai pada KPP itu sirna. Mungkin emang bukan rejekinya, belum jodohnya, Tuhan punya rahasia.

Seandainya tidak ada kesewenang- wenangan lagi, seandainya keadilan dijunjung tinggi, seandainya masyarakat terdidik dan tidak mudah di intervensi,.mungkin yang seperti ini tidak akan terjadi… (Rote, 26022011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar