Senin, 28 Februari 2011

Ku Ingin Hanya Kamu..

Tak terasa,.Setahun sudah kita menjalin cinta
Walau kita dipisahkan jarak
Namun cintaku tak kan pernah koyak
Walau kita dipisahkan ruang
Cintaku padamu tak kan pernah usang

Setahun memang belum apa-apa
Dibanding waktu yang ingin kita lalui dalam ikatan cinta
Namun dibanding perjalanan kita menuju mahligai rumah tangga
Kita telah melewati setengahnya

Kita memang dipisahkan waktu
Tapi ku yakin cinta ini tak kan pernah berlalu
Ku ingin cintaku akan selalu hanya untukmu
Hingga ujung usiaku……

Ku ingin selamanya bersamamu
Tidak hanya di dunia yang palsu
Tapi juga saat aku dan kamu
Dalam Surga Tuhan Yang Satu……


Koe,29 Okt 2010…..

Puisi ini di tulis dalam rangka 1st anniversary habungan cinta saya dengan seorang wanita yang berada jauh di seberang sana (masih di indonesia sih,hehe)..sebelum menjalaninya, saya merasa tdk yakin bahwa hubungan ini akan bertahan lama, karena dipisahkan ruang dan waktu,.Namun karena kesetiaannya, perhatiannya, kesabarannya, tidak terasa sudah setahun. Semoga ini tidak berhenti di tengah jalan, Semoga ini lah pelabuhan cinta terakhirku..Semoga ini untuk selamanya..Semoga..

Minggu, 27 Februari 2011

Belajar Dari Pulau Terluar

Enam hari di pulau Rote membuatku menjadi sedikit tahu tentang bagaimana orang rote menjalani kehidupannya. Kalau kata orang, untuk mengetahui bagaimana watak orang itu bisa dilihat dari apa yang ada di meja makannya dan bagaimana mereka makan. Oleh karenanya untuk membantu proses adaptasi saya terhadap orang- orang di sini, saya mengamati bagaimana mereka makan, apa yang di makan dan bagaimana porsinya.

Disini saya menemukan beberapa hal yang buat saya yang kebetulan orang jawa cukup mengejutkan. Yang pertama, warung- warung makan di sini cenderung menyiapkan variasi sayur yang sedikit, ketika saya tanya ke penjualnya yang kebetulan orang jawa mengatakan bahwa orang- orang disini kebanyakan lebih memilih makan tanpa sayur, sayur yang mereka jual  hanya untuk orang- orang dari luar yang kebetulan merantau ke pulau ini.

Kedua, dalam kesempatan lain ketika saya silaturrahim ke rumah salah satu senior di sini, saya kembali melihat tidak adanya variasi makanan yang ada di meja makannya. Saya menemukan disana hanya ada nasi,ikan dan sambal yang ketiganya dalam jumlah banyak, padahal senior ini termasuk orang yang berada. Ketiga, saya menemukan bahwa rata- rata porsi makan orang- orang disini tiga kali lipat porsi makan saya( yang kata cewek saya sudah banyak sekali katanya,hehe) dengan kecepatan makan dua kali lipat kecepatan makan kakak saya (mau tahu bagaimana cepatnya kakak saya makan?maen ke rumah yuk,hehe).

Dengan ketiga fakta yang saya temukan di atas, saya sedikit demi sedikit mencoba untuk mengenali bagaimana sebenarnya masyarakat disini, walaupun ini sifatnya tidak mutlak karena masih bisa dilihat dari indicator- indicator diluar apa yang ada di atas meja makan dan bagaimana mereka makan. Kesimpulan- kesimpulan itu antara lain adalah:

Pertama, Orang- orang disini adalah manusia pekerja keras, dilihat dari porsi dan kecepatan mereka makan. Ini juga sejalan dengan kecenderungan masyarakat pesisir atau masyarakat pantai yang memang pekerja keras. Kedua, Orang- orang pulau Rote adalah masyarakat yang tidak rewel, hal ini bisa dilihat dari mereka biasa makan hanya dengan sambal dan lauk saja tidak seperti kebanyakan kita yang kalau makan biasanya harus ada sayur-lah, krupuk- lah, kuah- lah. Watak tidak rewel ini juga bisa saja di pengaruhi oleh rendahnya rata- rata tingkat pendidikan masyarakat Rote. Ketiga adalah bahwa masyarakat Rote cenderung nerima ing pandum, apa adanya atau dalam bahasa agamanya Qona’ah.

Semoga watak pekerja keras, tidak rewel dan nerimo ing pandum ini bukan karena masyarakat Rote yang masih dalam ketertinggalan dan keterbatasan, semoga sampai kapanpun terus tertanam walaupun kelak masyarakat Rote ini berhasil menjadi masyarakat yang maju dan modern, kerja keras yang disempurnakan dengan kerja cerdas,tidak rewel dan nerimo ing pandum yang dibalut dengan sikap kritis …aminn..(Rote,27022011)

Sabtu, 26 Februari 2011

Cerita dari Pulau Terluar

Terkadang saya bingung sendiri apakah bumi yang saya injak ini masih indonesia..saat ini saya sedang berada di Rote, pulau terluar di bagian selatan indonesia untuk menjalankan tugas penyuluhan perpajakan selama 6 bulan ke depan. Beruntung saya berkesempatan untuk melihat dan merasakan langsung bagaimana masyarakat di pulau ini menjalani kehidupan dengan segala keterbatasannya. Kebetulan saat ini alam sedang tidak bersahabat, kalau 4 tahun terakhir menurut cerita orang sini jarang turun hujan kecuali saat natal dan imlek berbeda dengan tahun ini, hujan badai menggulung- gulung setiap hari. Hampir seminggu aku disini dan hujan badai selalu turun menyapa hari.

Sekarang ini, tepatnya hari sabtu, 26 Februari 2011, seharusnya saya menyeberang ke Kupang untuk kemudian lanjut ke Jakarta karena besok tanggal 28 Februari mendapat panggilan untuk seleksi tahap 2 pada Komite Pengawas Perpajakan(KPP), namun apa boleh buat, karena cuaca buruk tidak ada penyebrangan baik laut maupun udara. Kegagalan saya untuk menyebrang ini bukan sekedar faktor alam tapi juga ada faktor SDM yang rendah, budaya feodal serta carut marutnya system administrasi di pulau tertinggal.

Hari jumat, 25 Februari sebetulnya saya sudah booking tiket pesawat untuk jam 15.00 rute Rote – Kupang, tiba- tiba pas sudah berada di bandara untuk check-in, bookingan saya di batalkan secara sepihak karena ada penumpang yang kebetulan kenal dengan ajudan bupati Rote Ndao. Dengan gaya sok- nya si penumpang tersebut menelpon ajudan bupati kemudian diberikan kepada pihak bandara dan dalam sekejap mata seat yang harusnya buat saya berubah ke tangan orang sok itu.

 Tadinya sempet mau bersitegang karena saya harus ngejar hari senen sampai d Jakarta. Kalau orang sok itu bisa telpon ajudan bupati, saya bisa telpon bupatinya karena kebetulan ada senior yang dekat dengan bupati. Terlepas dari ajudan bupati ataupun bupati, ini masalah siapa yang lebih berhak mendapatkan seat itu, masalah kesewenang- wenangan yang tidak seharusnya masih ada dalam era sekarang ini, masalah keadilan yang harus dijunjung tinggi. Karena di janjikan bahwa besok pagi (sabtu,26 Februari 2011) jam 08.00 akan ada penerbangan Rote – kupang, saya mengendurkan urat saraf karena toh masih bisa ngejar untuk hari senin.

Tapi apa lacur, pesawat Rote – Kupang yang katanya jam 8 pagi itu tidak pernah ada karena tidak mendapat ijin dari BMKG, dan kemudian dapat informasi bahwa akan ada penerbangan lagi hari senen, 28 Februari 2011. Padahal panggilan itu untuk hari senen jam 08.00 pagi. Dan akhirnya kesempatan untuk menjadi pegawai pada KPP itu sirna. Mungkin emang bukan rejekinya, belum jodohnya, Tuhan punya rahasia.

Seandainya tidak ada kesewenang- wenangan lagi, seandainya keadilan dijunjung tinggi, seandainya masyarakat terdidik dan tidak mudah di intervensi,.mungkin yang seperti ini tidak akan terjadi… (Rote, 26022011)